Jumat, 17 April 2009

INTENSIFIKASI UMUR DENGAN EKSTENSIFIKASI AMAL


Kita patut bersyukur, bahwa Allah memberi karunia kepada kita dengan usia yang masih bisa kita nikmati. Betapa banyak orang yang menganggap bahwa kehidupan akan berlangsung tanpa batas waktu, namun juga banyak orang yang berpikir bahwa kehidupan ini perlu diakhiri karena mereka sudah tidak kuasa lagi menahan beban hidup yang semakin berat.

1Logika Umur

Sebagian orang menginginkan umur yang panjang dengan alasan bahwa umur panjang bias memberi kesempatan untuk berbuat banyak dan berkesemapatan untuk bertaubat. Namun ada pula orang yang tidak ingin berumur panjang karena khawatir seluruh kebaikan yang sudah ditanam hilang karena kesombongan yang menghancurkan. Kedua hal ini sama-sama bagus. Namun yang lebih bagus adalah orang yang berumur panjang dan selalu berbuat baik. Sebagaimana sabda rasul, khairunnas man thala umruhu wa hasuna amaluhu. Hanya saja, siapa yang bisa memiliki kesempatan semacam ini? Bukankah banyak di antara kita yang menenggelamkan diri dalam keasyikan dunia di masa muda karena masih berharap punya waktu untuk bertaubat di masa tua? Juga, betapa banyak orang tua yang masih menganggap dirinya masih muda sehingga belum tergerak hatinya untuk sekadar memohon ampun atas segala dosa yang telah ia kerjakan?

2Keterbatasan Umur

Yang pasti, kita semua sepakat bahwa kita tidak akan kekal di dunia ini dan ajal pasti akan menjemput. Hanya persoalan waktu yang tidak dapat kita deteksi. Oleh sebab itu, upaya agar kita tidak menyesal adalah selalu siap untuk meninggalkan kehidupan dunia ini untuk menyongsong kehidupan kita yang lebih abadi. Ada sebuah langkah tepat untuk mensukseskan niat kita ini, yaitu dengan upaya intensifikasi umur dengan ekstensifikasi amal.

3Intensifikasi umur dengan ekstensifikasi amal

Yang dimaksud dengan intensifikasi umur adalah penggunaan waktu usia kita dengan sebaik baiknya. Karena umur kita tidak dapat ditambah dan dikurangi, mestilah kita harus menggunakan harta berharga ini untuk bekal kita di masa mendatang. Upaya itu dapat dibarengi dengan ekstensifikasi amal, artinya, kita harus membuat banyak prestasi dan capaian target sehingga hidup menjadi semakin bermakna.

Cara yang bisa kita lakukan adanya banyak hal, di antaranya adalah:

aAmar ma’ruf nahi munkar, beramal baik kepada sesama.

Istilah ini sepertinya sangat mudah, namun dalam implementasinya, kita sering harus mengernyitkan dahi karena tidak semudah mengedipkan mata. Amar ma’ruf berarti mengajak diri kita, keluarga kita, dan lingkungan kita untuk senantiasa berada di jalan yang benar, dengan selalu mengikuti ajaran al-qur’an dan sunnah rasul. Adapun nahi mungkar, kita akan selalu menjaga diri kita, keluarga kita, dan masyarakat kita untuk menjauhi kari perbuatan buruk, tercela, dan merusak sebagaimana larangan Allah dan rasulnya.

bEtos kerja dan etos belajar

Salah satu model yang mudah untuk upaya menabung amal kita adalah meningkatkan etos kerja dan belajar kita. Bekerja selalu diniatkan sebagai bagaian ibadah kepada Allah. Begitu pula belajar, tidak hanya sekedar mencari nilai, mencari gelar atau mencari pujian. Belajar sungguh-sungguh akan membuat diri kita memiliki bobot lebih di mata Allah. Belajar tidak ada batas waktu, kapanpun dan di manapun. Kita tidak perlu melihat kepada siapa kita belajar, yang penting apa yang bisa dipelajari dari orang tersebut. Dengan demikian, bekerja dan belajar menjadi salah satu nafas kehidupan kita dalam upaya memaksimalkan potensi umur yang kita miliki.

cTidak mengagungkan harta.

Harta memang kita butuhkan dalam mempertahankan kehidupan. Bahkan tanpa harta kita tidak dapat beribadah secara maksimal. Namun yang perlu dicatat, harta bukanlah tujuan hidup kita, namun terbatas hanya sebagai fasilitas kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Harta juga bukan satu-satunya sumber kebahagiaan. Bahkan kebahagiaan kita akan diperoleh dengan berbagi harta dengan orang lain. Indahnya berbagi dengan sesama akan diraih melalui kecintaan berzakat, berinfaq, dan bersedekah. Hal ini tentu selaras dengan bunyi hadis rasul yang mengatakan bahwa apabila kematian telah datang, tidak ada yang dibawa kecuali tiga hal, shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh. Investasi harta kita untuk bersedekah, mencari ilmu dan mendidik anak akan menjadi harta kita yang sebenarnya di akhirat kelak. Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction