Minggu, 02 Agustus 2009

UJUNG KEHIDUPAN

Akhirnya hidup harus berakhir
Ketika nafas sulit terukir
Dalam dada yang penuh getir
Air mata pun jatuh berbulir

Kemana kita harus pergi
Setelah keranda mengusung diri
Menuju ruang sempit terkunci
Gelap, pengap, sepi, sendiri

Nesehat kematian begitu terasa
Mengajak kita terus mengaca
Setiap saat sang ajal bisa tiba
Menjemput jiwa tanpa aba

Untuk apa congkak iri
Gersangkan hati hancurkan nurani
Ulasan senyum sulit dicari
Bila murka menutupi diri

Mata merah tersulut marah
Dendam kesumat bertumpah darah
Berujung maut tertimbun tanah
Raga lebur bercampur nanah

Lalu,
Masihkah bersantai mengenyam dunia
Menumpuk harta lupa saudara
Tertawa bercanda tanpa jeda
Dekati mati tanpa terasa

Ah,
Makna kematian begitu indah
Nasehat mujarab untuk ibadah
Menata hari semakin cerah
Benahi diri luruskan arah

Kematian itu pasti
Ia datang tanpa permisi
Tinggalkan dunia masuki peti
Menuju Allah Rabul Izzati

Adakah orang yang ingat kita
Satu dua tahun masih terasa
Sepuluh dua puluh tahun mulai sirna
Seabad dua abad tanpa sisa

Kita sendiri menghitung hari
Datangnya kebangkitan sangatlah ngeri
Pertanggungjawaban atas semua bakti
Kaki tangan jadi saksi

O....
Mengapa kita tidak sadar
Hidup sesaat tanpa sinar
Dalam dunia silaukan afkar
Jalani waktu maut menyambar

Mumpung masih punya waktu
Tanpa harus banyak menunggu
Mulai hari lembaran baru
Allah di hati sebagai pandu

















Ingat waktu yang kian pendek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction