Sabtu, 26 Desember 2009

MERAIH MIMPI

"Think Big if You Want to be Big", menarik jika kita menyimak kalimat tersebut. Berpikir besar atau dengan kata lain, bermimpi besar akan menjadi pemicu hasil yang besar pula. Hal ini dapat dimaknai lebih nyata, bahwa orang-orang yang saat ini kita kenal berhasil dalam karirnya biasanya telah memimpikan sesuatu yang besar sebelumnya. Berpikir besar terkait dengan bagaimana seseorang merumuskan visi dan misinya. Seseorang yang beraliran progresif dan dinamis tentulah akan menempatkan impian monumentalnya dalam pernyataan visinya. Misalnya, ia ingin menjadi profesor pada usia 40 tahun. Keinginan ini tentu tidak mudah dicapai. Untuk itu ia harus menerjemahkan visi profesornya menjadi beberapa misi konkret. Ia harus mengumpulkan beberapa item persyaratan untuk mewujudkan harapan besar itu, antara lain gelar doktor, jumlah kum, masa kerja, dan karya tulis. Jika ia bersungguh-sungguh, tentulah mimpi itu dapat diwujudkan.

Beda halnya apabila seseorang hanya mengandalkan nasib alias mengikuti aliran air. Sikap itu sebenarnya tidak salah karena hal ini akan mengurangi beban pikiran dan kekecewaan, namun mental semacam ini sering kali menyebabkan orang itu hanya 'pasrah ing pandum,' kerja sekenanya, tidak punya perencanaan, dan atau tidak pernah melakukan evaluasi. Alhasil, capaian yang diraih pun hanya sebatas seadanya, bukan semaksimal mungkin. "No Pain No Gain," artinya tidak mau susah ya tidak ada hasil. Begitulah kira-kira.

Dengan demikian, memasang mimpi tinggi ternyata akan memberikan kesempatan pada seseorang untuk menjadi pejaung tangguh. Ia tidak akan patah semangat dan kehilangan arah saat memperjuangan keinginannya. Ia ibarat para pahlawan kemerdekaan yang dengan gigih memperjuangan status merdeka buat bangsanya walau harus berputih mata. Kerja keras dan barani berkorban adalah kombinasi apik bagi pecinta kesuksesan.

Hanya satu yang harus dijaga, yakni keikhlasan. Maksudnya, orang yang bercita-cita tinggi harus ikhlas menjalankan misinya dalam hidup ini dan ikhlas menerima kenyataan apapun yang diraihnya. Keikhlasan itu tidak lain adalah perasaan tawakkal kepada Allah setelah usaha kerasnya dilakukan. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Ia Maha Berkehendak. Putus asa dan rendah diri akibat cita-cita yang tak tercapai akan terhapus dengan kesadaran bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambanya. Akhirnya, usaha keras yang istiqamah dilengkapi dengan kepasrahan yang tinggi kepada Allah akan membuahkan suatu prestasi yang membanggakan sekaligus menentramkan jiwa. Itulah cara seorang muslim meraih mimpinya. Wa Allah A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction