Kamis, 18 Februari 2010

KEARIFAN PENGGUNAAN BAHASA

Pada suatu kegiatan ilmiah, Prof. Mudjia Rahardjo tiba-tiba ketakutan setelah mendengar pengumuman dari pembawa acara. Keringat dingin pakar linguistik UIN Malang itu segera saja bercucuran karena usianya tidak lama lagi akan berakhir. Mengapa? Menurut informasi yang disampaikan Master of Ceremony, beliau termasuk salah satu target pembunuhan. Kalimat yang disampaikan saat itu mengindikasikan bahwa para pembawa telepon seluler, termasuk beliau, akan dimatikan. Bunyi lengkapnya adalah “Kepada para pembawa handphone, mohon untuk segera dimatikan sebelum acara dimulai.” Wah, Prof Mudjia tentu rugi besar sebab beliau sudah lelah datang ke seminar, tapi belum sempat mengikuti acara, nyawanya harus melayang. Beliau berdoa sekhusyuk-khusyuknya memohon kepada Allah SWT agar dapat selamat dari pembunuhan berencana itu.

Tapi anehnya, sampai acara dimulai, tidak ada tanda-tanda bahwa akan ada pasukan berpistol masuk dengan ganas lalu memberondong para hadirin. Semua berjalan biasa-biasa saja. Barulah beliau sadar bahwa mungkin maksud sang MC itu adalah bahwa para pembawa telepon genggam diharapkan untuk mematikan handphonenya sebelum acara dimulai. Dengan begitu, acara penting itu tidak terganggu oleh bunyi musik telepon masuk atau suara berisik orang berkomunikasi via telepon selulernya demi menjaga kekhidmatan acara tersebut. Prof Mudjia pun dapat bernafas lega. Ketakutannya pun berangsung menurun namun konsentrasinya yang sempat terganggu belum sepenuhnya pulih.

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa bahasa harus digunakan dengan baik dan benar. Baik dalam artian bahwa bahasa harus digunakan untuk mampu mewakili maksud yang ingin disampaikan pembicara. Adapun pengertian benar adalah ketika bahasa yang digunakan telah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Mencermati kalimat yang disampaikan MC, “kepada para pembawa handphone, mohon untuk segera dimatikan sebelum acara dimulai” menunjukkan bahwa subyek penderitanya adalah para pembawa handphone. Jadi wajar saja jika Prof. Mudjia mendadak ketakutan karena menurut MC ia akan dimatikan sebagai konsekuensi adanya handphone di sakunya. Padahal, maksud MC adalah “mohon handphone dimatikan terlebih dahulu sebelum acara dimulai.” Ini berarti penggunaan bahasa yang dilakukan MC tidak baik meskipun secara gramatikal dianggap benar karena memenuhi kaidah Subyek-Predikat-Keterangan (SPK).

Penggunaan bahasa sering pula disesuaikan dengan rasa bahasa. Bahasa yang dipakai bisa jadi telah memenuhi standar baik dan benar, namun ketika disampaikan kepada patner komunikasi, dapat membuatnya sakit hati. Ada adab bahasa yang digunakan pada saat kita berbicara dengan kawan, dengan guru, atau dengan murid. Sebagai contoh, ketika kita bicara dengan guru, sikap santun dan hormat harus tetap dijaga. Jika tidak, bukannya kita akan memperoleh informasi akurat, tetapi malah akan ada ‘kuliah singkat’ tentang penggunaan bahasa. Pak hakim, sebut saja begitu, kemarin pagi marah besar ketika seorang mahasiswa meneleponnya. Bukan perkara kegiatan menelepon, tetapi bahasa yang digunakan oleh mahasiswa itu kurang tepat. Kalimat yang digunakan mahasiswa itu adalah , “Bagaimana sih Pak, nilai saya kok belum keluar?” kalimat lisan ini mungkin dianggap tidak benar karena belum sesuai dengan standar baku bahasa Indonesia, namun bisa dianggap baik karena telah menyampaikan maksud si pembicara. Hanya muatan etika dalam bahasa ini mengindikasikan adanya tuduhan bahwa si dosen telah melakukan kesalahan. Padahal, dosen tersebut telah melakukan tugasnya dengan baik. Beliau telah mengirim nilai ke bagaian akademik. Persoalan nilai mahasiswa tersebut tidak keluar, itu masalah lain. Bisa jadi, nilai kehadiran mahasiswa itu kurang atau ada kesalahan dalam input data dari bagian pusat komputer. Seharusnya, mahasiswa itu melakukan konfirmasi terlebih dahulu tentang nilainya yang belum tercantum dalam kartu hasil studi. Ia perlu meminta ijin untuk berkonsultasi. Dengan demikian, dosen tidak langsung merasa tertuduh.

Itulah sekelumit pentingnya penggunaan bahasa secara tepat. Di samping ada kaidah baku bahasa, ada pula kearifan bahasa yang perlu diperhatikan. Jika kita mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar disertai kemampuan mengintegrasikan rasa bahasa, niscaya kawan bicara kita (atau pembaca tulisan kita) akan merasa nyaman sehingga komunikasi dapat berjalan sesuai harapan. Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction