Senin, 15 Februari 2010

LISTRIK: 'NYAWA' MANUSIA MODERN

Sejak ditemukannya listrik, manusia menjadi sangat bergantung kepada kekuatan ‘gaib’ yang tersalur dalam kabel plus-minus itu. Berbagai peralatan elektronik diciptakan demi memberikan kemudahan hidup manusia modern. Dahulu, bila ingin mendapatkan sepiring nasi hangat, manusia harus mengumpulkan kayu bakar, lalu menyalakannya dengan percikan api dari gesekan batu. Tempat menanak nasi pun masih sangat sederhana. Umumnya terbuat dari batu atau tanah liat. Waktu yang dibutuhkan untuk mematangkan beras itu juga cukup lama. Alhasil, sepiring nasi baru diperoleh setelah rangkaian usaha yang cukup melelahkan. Berbeda halnya dengan sekarang. Untuk memperoleh nasi hangat nan empuk, manusia tinggal hidupkan ricecooker, lalu pencet tombol ‘cook.’ Dalam hitungan menit, nasi akan matang dengan sendirinya dan siap disantap. Agar kehangatan nasi tetap terjaga, tombol ‘warm’ akan menyala untuk melayani pemilik mesin ajaib itu kapan pun ia menginginkan nasi hangat.

Dalam hal bekerja, saat itu listrik telah mendominasi mayoritas pekerjaan manusia. Bagaimana lift dan eskalator digerakkan, bagaimana mesin pabrik difungsikan, dan bagaimana data-data penting disimpan dalam komputer, semua membutuhkan aliran listrik. Listrik ibarat darah. Ketika listrik padam, kehidupan manusia masakini terasa mati. Ini dapat diilustrasikan sebagai kematian pertama manusia sebelum kehilangan nyawanya. Pesawat udara tidak dapat diterbangkan karena sistem pantau pesawat di bandara dioperasikan dengan listrik. Rumah-rumah akan gelap dan sunyi karena aktifitas belajar, memasak, mencuci, menyetrika, dan semacamnya harus terhenti. Toko-toko dan swalayan akan tutup sebab tanpa penerangan yang cukup, pemilik usaha tidak mau kehilangan barang dagangannya akibat diambil pengunjung. Alhasil, listrik sudah menjadi kebutuhan primer manusia saat ini.

Mengingat pentingnya listrik, perlu kiranya gerakan hemat listrik dan gerakan pencarian alternatif sumber listrik. Gerakan hemat listrik harus didukung karena listrik merupakan salah satu sumber daya yang pada suatu saat akan menipis. Untuk itu, kesadaran penggunaan listrik sesuai kebutuhan perlu dimiliki oleh setiap warga. Lampu-lampu yang tidak dibutuhkan dapat dipadamkan. Komputer yang selalu menyala di kantor-kantor sebaiknya dihidupkan saat akan digunakan dan dimatikan jika sudah tidak diperlukan. Semangat berhemat ini tentu seiring dengan ajaran Islam yang melarang manusia Muslim untuk berlebih-lebihan (israf). Jadi, hemat listrik termasuk ibadah.

Alternatif sumber listrik hingga kini sedang marak digalakkan. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Tenaga Nuklir (PLTN) nampaknya akan menjadi primadona baru untuk memenuhi kebutuhan manusia akan listrik. PLTS yang menggunakan matahari sebagai sumber energinya berpeluang untuk menyedikan listrik sepanjang masa selama matahari masih mau bersinar. Adapun PLTN meskipun banyak pakar merekomendasikan dan telah menguasai 16% listrik dunia, namun dampak negatif tenaga nuklir masih perlu dikaji secara komprehensif. Radiasi yang ditimbulkan nuklir dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ tubuh manusia sehingga perlu mendapat perhatian serius. Dengan demikian, kehidupan manusia yang kian bergantung dengan listrik dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction