Rabu, 10 Februari 2010

SIAPA KITA SEABAD MENDATANG?

Umur manusia jelas terbatas. Usia 100 tahun saja bisa dikatakan hampir mustahil. Sebab hanya beberapa orang yang mampu mencapai usia itu. Rata-rata kita akan menghadap ilahi pada kisaran umur 60-80 tahun. Itu pun kalau masih beruntung. Banyak saudara-saudara kita yang harus cepat kembali kepada-Nya secara mendadak dalam usia yang relatif muda: 20, 30, atau 40 tahun. Pertanyaannya kemudian, sudah kita memikirkan kehidupan setelah meninggal dunia?

Kehidupan pasca kematian adalah kehidupan yang hakiki, yakni hidup yang tidak bisa lagi diperbaiki atau dimodifikasi, kecuali oleh tiga hal, yakni shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak shaleh. Tanpa salah satu dari ketiganya, kita berarti sudah tutup usia sekaligus tutup buku amal kebaikan. Di sana, akan ada pertimbangan segala amal perbuatan, meskipun sekecil biji dzarrah akan diperhitungkan. Nah, seberapa banyak amal kebajikan yang sudah kita hasilkan? Apakah ia sudah lebih banyak daripada amal keburukan? Adakah ladang amal yang dapat menghasilkan buah secara terus-menerus hingga akhir zaman?

Tentu, setelah muncul kesadaran bahwa mumpung masih ada nyawa dalam raga, mumpung masih ada nafas dalam dada, mumpung masih ada asa dalam darah, mari berbenah! Mari menanam! Menanam hari ini berarti ada harapan menuai esok hari. Tidak menanam hari ini,berarti gigit jari esok hari!

Seratus tahun lagi, siapa kita? Masihkah ada orang yang peduli dengan kita? Masihkah anak-anak menyisihkan waktu barang sejenak untuk mendoakan keselamatan kita? Masihkah….masihkah…??? Kalau kita ragu, jangan biarkan waktu berlalu. Kita masih punya kesempatan hari ini untuk menjadikan hidup ini lebih berarti dan lebih bernilai. Seabad mendatang tergantung apa yang kita lakukan hari ini. Mari kita didik anak-anak dengan kedalaman akidah, kesempurnaan ibadah, dan keagungan akhlak. Mari kita sebarkan ilmu kita ke semua orang yang membutuhkan agar bermanfaat. Mari kita simpan dan kekalkan harta kita dalam bentuk sedekah jariyah. Dengan begitu, semoga kita diberi karunia untuk menyongsong hari depan yang lebih cerah. Amin. Setuju?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction