Selasa, 02 Februari 2010

TIPS MEMBUAT TULISAN SINGKAT BERKUALITAS

Manusia selalu haus akan informasi. Informasi yang dibutuhkan tentu tidak cukup jika hanya mengandalkan bahasa lisan. Selain waktunya terbatas, bahasa lisan cenderung bersifat habis sekali pakai. Artinya, bahasa lisan hanya sekali disampaikan, sekali didengar, lalu hilang. Berbeda halnya dengan bahasa tulis. Penikmat tulisan tidak harus satu forum dengan sang penulis. Selain itu, kandungan tulisan tidak mesti dipahami dalam satu kali membaca. Masih ada kesempatan untuk merenung dan berdiskusi lebih mendalam tentang isi tulisan. Dengan demikian, sepanjang tulisan itu masih ada, selama itu pula kesempatan untuk membaca dan menghayati isinya tetap tersedia. Oleh sebab itu, ketrampilan menulis menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi pecinta tulisan.

Menulis adalah aktifitas pencurahan pikiran melalui rangkaian kata dan kalimat yang membentuk sebuah paragraf. Paragraf demi paragraf akan saling berkait berkelindan sehingga mampu mewakili isi hati sang penulis. Sebenarnya, tulisan sederhana tapi bagus dapat dihasilkan tanpa harus banyak merenung atau berpikir. Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana aktualisasi diri yang menyenangkan. Berikut ini ada beberapa kiat untuk membuat tulisan singkat namun berkualitas.

1. Aktifitas menulis dapat diawali dengan munculnya ide sembarang yang melintas di benak kita. Misalnya, tiba-tiba kita melihat tingkah laku anak kita yang lucu, hujan yang terus-menerus sepanjang hari, listrik yang sering padam, penghasilan bulan ini yang naik turun, atau kawan baru yang menjengkelkan. Ide semacam itu bisa kita jadikan sebagai ide utama.

2. Jika kita sudah menemukan topik tulisan, kita bisa mulai dengan menulis kata-kata kuncinya, lalu diikuti dengan beberapa kata pendukung yang menguatkannya. Contoh-contoh simpel dan ringkas dapat pula kita inventarisasi sekalian.

3. Kemudian, tibalah saatnya kita merangkai kata-kata kunci dan pendukungnya dalam bentuk kalimat-kalimat yang utuh. Untuk memudahkan penulisan, ada satu alur cerita yang umumnya dapat memudahkan orang lain memahami tulisan kita dengan cepat. Alur tersebut terdiri dari paragraf pembuka, beberapa paragraf inti, kemudian diakhiri dengan paragraf penutup.

4. Paragraf pembuka biasanya diisi dengan kalimat-kalimat global yang dapat mengantarkan pembaca untuk memasuki topik inti yang akan kita sampaikan. Misalnya, kita ingin menulis tentang pentingnya membaca al-Qur’an. Saat mengawali tulisan, ada baiknya kita sampaikan tentang seluk beluk al-Qur’an, fungsi al-Qur’an dalam kehidupan, baru kemudian masuk pembicaraan tentang pentingnya membaca al-Qur’an. Dalam contoh lain, kita ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang peranan ketua takmir dalam meningkatkan semangat keberagamaan masyarakat. Kita tidak langsung menulis peran ketua takmir, tetapi kita giring pembaca tentang pentingnya sebuah tempat ibadah di sebuah komunitas, lalu manfaat penguatan keberagamaan di masyarakat, barulah masuk kepada pembahasan sosok penentu keberhasilan sebuah kegiatan ritual di tempat ibadah, yakni ketua takmir.

5. Pada paragraf selanjutnya--mungkin butuh sekitar 2-4 paragraf--bisa diisi tentang uraian yang mendukung topik utama. Dalam setiap paragraf penjelas ini terkandung satu pokok pikiran yang disebutkan dalam kalimat utama. Kalimat utama ini umumnya diletakkan di awal paragraf lalu dikuti dengan kalimat-kalimat penjelasnya. Adapun kalimat penjelas ini tentu lebih spesifik yang isinya antara lain contoh-contoh yang bisa menguatkan kalimat utama. Misalnya, peranan pertama ketua takmir adalah menjadi teladan dalam kehidupan keluarga. Mengapa demikian? Uraian tentang alasan-alasan pendukung kalimat utama itu di sampaikan dalam kalimat-kalimat pendukung. Kita bisa lengkapi paragraf ini dengan sebuah contoh ketua takmir yang sukses menjadi panutan dalam kehidupan berumahtangga.

6. Setelah uraian panjang tentang paragraf isi, di akhir tulisan, perlu dibuat sebuah paragraf penutup yang fungsinya menegaskan kembali ide utama tulisan. Dengan demikian, pembaca akan mendapatkan kembali maksud yang diinginkan penulis. Ada satu catatan di bagian ini, bahwa penulis harus konsisten saat membuat paragraf penutup. Ketika di awal paragraf ia mengatakan bahwa ia setuju dengan peran stategis ketua takmir, maka di paragraf akhir, penulis harus menyatakan kembali persetujuannya itu dengan redaksi kalimat yang berbeda tapi substansinya sama. Tentu sangat naif jika di awal tulisan, penulis setuju dengan peran penting ketua takmir namun di akhir tulisan ia menyatakan bahwa ketua takmir bukanlah posisi publik yang menentukan keberagamaan masyarakat.

Demikian, tips singkat membuat tulisan sederhana, semoga bermanfaat. Selamat mencoba!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction