Selasa, 23 Maret 2010

BUAH KESABARAN


Gus Muh baru saja selesai shalat malam. Sambil bersimpuh, ia menatap langit-langit sel tahanan. Ia tak menyangka kalau hari-harinya akan dihabiskan dalam penjara. Air matanya berurai, sedih dan pilu. Ia serahkan jalan hidupnya kepada Sang Khalik. Ia bersujud sambil tersedu. Ia menyesal di usianya yang berkepala enam, baru bisa menapaki jalan menuju cahaya ilahi. Ketika ia sedang memulai lembaran baru itu, Allah malah menurunkan ujian padanya. Ia sadar bahwa ia memang pantas mendapat cobaan ini. Mungkin dengan begitu, ia bisa lebih dekat dengan Tuhannya yang selama ini ia tinggalkan.

“Ya Allah, jika memang ini jalan menuju-Mu, aku ikhlas, ikhlas ya Allah…” bisiknya lirih. Semakin deras saja aliran air matanya. Namun ia puas.

“Hanya pada-Mu ya Allah aku mengadu…, hanya pada-Mu aku mengeluh…,aku yakin ini adalah jalan terbaik dari-Mu…,” suara gus Muh kian parau. Tapi ia makin tegar.

Gus Muh tersenyum, kegundahan hatinya lepas sudah. Ia telah sampaikan kegundahan hatinya kepada Zat yang Maha Bijak. Ia pun mulai merebahkan diri di lantai yang dingin. Tak ada kasur, tak ada batal, tak ada selimut. Lelap.

Pagi hari petugas membangunkan seluruh tahanan. “Dok…dok…dok…bangun…bangun…” Gus Muh terkejut, ia pun duduk sambil mengucek matanya. Ia mengambil air wudhu lalu shalat shubuh. Lalu ia berdoa dengan khusyu’, tenang sekali.

“Pak, silakan ke ruang kepala, ada urusan sebentar!” kata petugas. Gus Muh agak kaget, ia khawatir kalau dirinya akan dipukuli atau disiksa. Tapi, ia pun menuruti permintaan petugas.

“Pak Muhtadi, hari ini ada kawan Bapak yang datang memberikan jaminan kepada kami. Bapak bisa pulang sekarang.”

“Alhamdulillaaaahhh…” ucap gus Muh tak tertahankan. Ia langsung sujud syukur beberapa menit.

“Pak Abid, terima kasih banyak…” gus Muh memeluk erat temannya itu dengan haru.

Ia tak menyangka kalau hari ini ia akan menghirup udara bebas. Bebas seperti dulu. Bebas dari pengapnya ruang terali besi. Pertolongan Allah benar-benar di luar dugaan. Ia berjanji akan lebih hati-hati dalam mengisi hari-harinya kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction