Senin, 29 Maret 2010

SUKSES DENGAN SABAR DAN SHALAT



“Hidup adalah perjuangan yang tak henti-henti,” demikian salah satu lirik lagu garapan Dewa 19. Kalimat ini menyiratkan pesan bahwa hanya orang-orang yang mampu bertahan dalam hidup yang akan meraih kesuksesan. Dalam hal ini, Islam telah memberikan salah satu resep menggapai sukses, antara lain adalah pesan yang terkandung dalam surat al-Baqarah: 153 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Ayat ini memotivasi setiap muslim untuk lebih lekat dengan Allah SWT, Tuhannya.

Ketika keimanan seseorang telah memenuhi lubuk hatinya, refleksi dari keyakinan itu adalah selalu mampu mengendalikan diri dalam situasi apapun. Ia tidak akan goyah dan patah arang ketika badai kehidupan menghantamnya. Ia yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi adalah bagian dari kehendak ilahi. Untuk itu, ia akan tetap tersenyum melakoni setiap jengkal kehidupannya. Penolong kesusahannya adalah Allah melalui saran sabar dan shalat. Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan bertahan dengan tetap melakukan berbagai usaha kreatif untuk meningkatkan nilai hidup.

Selain sabar, Allah juga memerintahkan seorang mu’min melakukan ritual shalat untuk menguatkan hatinya. Shalat adalah komunikasi paling efektif antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dalam shalat terdapat kepasrahan, ketundukan, dan permohonan doa. Shalat akan memberikan efek tenang dalam jiwa karena seseorang yang melakukan shalat berarti mengakui kebesaran sang pencipta sekaligus menyadari kekerdilan dirinya. Ia ibarat tanaman kecil yang berlindung di bawah pohon besar. Ia seperti ikan rumora yang berlindung di bawah ikan hiu. Ia bagaikan seekor keong yang berlindung di balik gunung karang. Rasa aman dan tenteram akan memenuhi setiap sudut relung hatinya.

Berlindung kepada Allah adalah momen terbaik penyandaran diri seorang hamba. Ia takkan sedih ketika apa-apa yang diusahakannya tidak menemui hasil maksimal. Ia akan tabah dengan tetap melangkah ke depan. Tidak ada kata mundur dan kendur dalam kamus kehidupannya. Ia tak akan lekang oleh panas dan tak pernah lapuk oleh hujan. Ia akan tetap tegak berdiri seperti menjulangnya puncak himalaya. Ia percaya bahwa Allah yang maha segalanya akan memberikan pertolongan-Nya di saat yang tepat. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal baik seorang hamba sedikit pun. Allah akan menjaga seorang hamba yang giat mendekatkan diri kepada-Nya. Dari-Nya semua perkara datang dan kepada-Nya pula segala urusan akan kembali. Allah begitu agung dan begitu bijaksana.

Allah dalam terusan ayat ini menyatakan bahwa ujian seorang hamba akan dilewatkan melalui beberapa pintu. Ayat tersebut adalah al-Baqarah: 155 yang berbunyi “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” Dari ayat ini dapat kita petik beberapa poin penting tentang macam-macam ujian.

Pertama adalah ujian ketakutan. Setiap orang jelas tidak ingin hidup dalam situasi mencekam. Ia ingin menikmati setiap penggal waktunya dalam suasana damai dan aman. Oleh sebab itu, keamanan dan kenyamanan hidup seseorang menjadi sedemikian penting, mengalahkan rasa lapar dan kemiskinan, seperti tergambar dalam teori Maslow. Buat apa bergelimang harta kalau kemudian hidupnya dalam bayang-bayang ketakutan, penuh teror, dan ancaman. Ia tentu akan memilih hidup dengan keterbatasan harta namun tenang daripada hidup dalam kondisi stress dan frustasi.

Ujian kedua adalah kelaparan. Ini merupakan lapis kedua dari macam ketakutan manusia. Ia tidak akan mampu menikmati indahnya istana jika perutnya keroncongan. Ia bahkan berani menjual separoh istananya demi seteguk air dan separoh lainnya demi sesuap makanan. Betapa tidak ada artinya harta yang melimpah jika kebutuhan pokoknya yang berupa pangan tidak terpenuhi.

Ujian ketiga adalah kekurangan harta dan jiwa. Setelah kebutuhan aman dan pangan, manusia sangat membutuhkan harta sebagai sarana kehidupan. Harta tidak dipungkiri merupakan salah satu sumber kebahagiaan. Tanpa harta, manusia tidak dapat membangun peradaban yang spektakuler. Harta diperoleh untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kualitas hidup. Di samping harta, manusia juga butuh rasa berani dan motivasi tinggi yang merupakan unsur kekuatan jiwa. Ketika kondisi jiwa begitu tenang dilengkapi dengan semangat hidup yang berkobar, seseorang akan dapat merasakan hidup kian menantang. Ia akan berani melakukan terobosan-terobosan baru untuk menemukan berbagai inovasi di segenap bidang kehidupan. Oleh sebab itu, ketika Allah mengurangi harta dan kebesaran jiwa seseorang, ini merupakan ujian yang perlu disikapi dengan sabar dan tetap berdoa.

Akhirnya, kombinasi apik antara sabar dan shalat adalah tameng jitu seorang muslim dalam menghadapi aneka masalah kehidupannya. Cobaan Allah yang dilewatkan beberapa pintu seperti ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta akan dapat dilalui dengan sempurna oleh seorang mukmin jika dibarengi dengan sabar dan doa. Semoga kita dapat menjalani hidup ini dengan semboyan, “Inna lillah wa inna ilaihi rajiun”, kita semua adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kita semua akan kembali. Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction