Kamis, 27 Mei 2010

MENEMBUS API

"Tolong...tolong...," suara keras memekik di tengah malam. Perempuan tua itu berlari tergopoh-gopoh dengan nafas terengah. Ia mencari perlindungan dari kejaran kobaran api mulai melalap rumahnya. Ia tidak sempat lagi membangunkan cucunya yang terlelap.

"Pak...Pak...Bu...api...api... cucu saya...toloooong..." suara itu kian menghiba. Para tetangga mulai berdatangan. Asap tebal membumbung bersama si jago merah yang terus menjilat membabat habis isi rumah.

Gus Muh terbangun oleh suara gaduh di luar rumah. Ia terkejut dan langsung lari menuju kerumunan orang. Ia mendekati Mbah Tikah yang terus menangis meraung-raung menyaksikan rumahnya yang kian tak berbentuk.

"Gus...tolong cucuku...ada di dalam...Guuuss.... "

"Lho, ...." tanpa berpikir panjang Gus Muh menerjang kobaran api untuk mencari Wanto yang belum juga bangun. Bisa jadi ia mulai pingsan akibat asap hitam yang dihirup.

"Ati-ati,Gus...!" teriak orang-orang yang sejak tadi tidak ada yang berani masuk rumah.

Dengan berdoa dan berpasrah diri, Gus Muh dengan sigap menggeledah kamar-kamar sambil mencari Wanto. Cukup lama ia di dalam. Orang-orang mulai khawatir atas keselamatan Gus Muh. Yuk Ning yang baru tahu kalau suaminya menceburkan diri di dalam jilatan api berteriak histeris.

"Kaannng, cepat keluar.....Kang..." teriaknya berkali-kali. Namun belum juga Gus Muh keluar. Api makin merajalela. Harapan akan keselamatan Gus Muh dan Wanto kian menipis. Mobil pemadam kebakaran belum juga datang. Tangisan kian menjadi.

Tiba-tiba. Seorang laki-laki sambil menggendong bocah kecil terhuyung-huyung keluar dari api. Pakaiannya compang-camping terjilat bara.

"Panas...panas...tolong..." Laki-laki yang tidak lain adalah Gus Muh jatuh pingsan. Wanto yang sejak tadi sudah tidak sadar diri langsung dipapah oleh Kang Jalil yang menyongsong keluarnya Gus Muh. Gus Muh langsung dibopong orang-orang untuk diberi bantuan penyelamatan.

"Kang...jangan tinggalkan aku, Kang..." Yuk Ning tak bisa menerima kenyataan. Gus Muh kian kritis. Luka bakar merata di sekujur tubuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction