Jumat, 18 Juni 2010

MEMORI JATISARI

Sejak pagi kemarin, saya tak dapat menutupi kesedihan saya. Berjamaah terakhir dengan kawan-kawan di Mushalla membuat hati saya terenyuh. Ada satu kerinduan tersendiri bila kelak saya tidak lagi di Jatisari. Nuansa ketenangan, kedamaian, keakraban, persahabatan, dan persaudaraan begitu kental. Belajar bersama selepas shalat Shubuh menambah ikatan batin yang mendalam. Materi apa saja, mulai email, blog, hingga power point dibahas dengan santai dan menyenangkan. Wajah-wajah sumringah ketika keluar dari mushalla diiringi dengan gelak tawa semakin menyentuh kalbu.

Nah, ketika harus berpisah, rasa haru tak tertahankan. Ada sebuah pertanyaan dalam hati, akankah saya dapat menemui suasana seindah di Jatisari? Walau saya hanyalah seorang pendatang baru, saya seperti sudah lama berada di lingkungan ini. Artinya, perpisahan begitu terasa berat. Saya sudah terlanjur senang tinggal di perumahan ini. Di bawah bimbingan Ustad Nurudin, saya bisa mengenal Mas Yasmidi, Mas Hartono, Mas Sembodo, Mas Wisnu, Mas Yudha, Mas Nadhirin, Mas Wakhidin, Mas Giyanto, Mas Edi, Mas Bejo, Mas Banteng, Mas Sholihin, Mas Kuat, Mas Mahsun, dan banyak lagi yang tak dapat saya sebut satu persatu. Bangga rasanya bersama mereka...

Tapi, saya harus ikhlas untuk meneruskan langkah saya di tempat yang lain. Tentunya, Saya harus kembali mengabdi di tempat tugas, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Untungnya, Semarang Malang tidaklah jauh. Suatu saat nanti, saya berniat untuk meluangkan waktu secara khusus untuk berkunjung ke kampung yang telah mengajari saya banyak hal dalam beragama dan bermasyarakat. Semoga kawan-kawan saya di Jatisari masih tetap berkenan menjadikan saya sebagai salah satu kawannya yang pernah hidup dan bergaul bersama. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction