Senin, 05 Juli 2010

SUKA DUKA TINGGAL DI APARTEMEN

Tinggal di apartemen ternyata tak selamanya enak. Memang, saat datang, ketersediaan penginapan yang siap huni sangat membantu. Bayangkan, jika pihak kampus tidak memesankan satu kamar untuk saya, tentu saya akan terlantar di saat tiba di tengah malam. Saya patut bersyukur, namun, hampir seminggu ini saya seperti berada di dalam sangkar. Tak ada teman, tak ada kawan. Kalaulah ada kawan yang sama-sama menginap di apartemen, mereka tentu memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Saya pun tak bisa sesuka hati mengganggu mereka.

Untungnya, saya dapat mengontak satu kawan Indonesia yang sedang belajar di sini. Namanya Mbak Nuning. Dialah orang yang paling berarti di hari-hari pertama di negeri asing ini. Saya diantar untuk keliling Buffalo untuk membeli ricecooker agar saya bisa hidup normal kembali. Wow, dengan punya alat memasak nasi itu, saya sekarang bisa masak sayur dan goreng ikan di dapur umum apartemen. Selain itu, saya juga diantar ke konter T-Mobile untuk membeli kartu perdana yang aturannya sama sekali berbeda dengan provider di Indonesia. Dengan kartu itu, komunikasi dengan keluarga dapat lebih mudah terjalin dengan biaya terjangkau. (Untuk kawan-kawan yang ingin kontak, silakan dicatat nomor saya: +1 716 235 6042. Kalau nelpon dari Indonesia lebih murah dari pada nelpon dari Amerika. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan kode 01016 lalu nomor 17162356042. Ini khusus untuk pengguna indosat. satu menit sekitar Rp 1000)
Ada kejadian yang mengejutkan baru-baru ini. Dua hari yang lalu, sehabis shalat Jumat, saya pulang dan ingin istirahat. Baru saja merebahkan diri dan mulai mengantuk, tiba-tiba terdengar suara lonceng keras di kamar melalui speaker yang memberitahukan bahwa ada kebakaran di salah satu bagian apartemen. Uh, saya yang masih lemes lari tunggang langgang dari lantai lima melalui tangga. Bagaimana tidak panik, suara itu benar-benar keras dan mengharuskan seluruh penghuni keluar untuk menyelamatkan diri. Setelah di luar, saya duduk terdiam, sambil mengamati para petugas pemadam kebakaran yang mulai berdatangan. Mata masih ngantuk akibat jetleg.
Tak lama kemudian, para petugas itu meninggalkan lokasi. Lho? Ternyata, tidak terjadi apa-apa, mungkin tadi alat pendeteksi kebakaran menangkap ada asap mengepul di salah satu bagian apartemen. Dengan perasaan kesal dan kecewa,saya pun kembali ke kamar. Jantung pun masih berdebar. Itulah salah satu konsekuensi tinggal di apartemen besar yang pengamanannya sangat ketat.

Saya nampaknya akan mencari tempat baru untuk lebih dekat dengan kawan-kawan Indonesia. Kemarin, saya ketemu lagi dengan mahasiswa Indonesia di sini. Namanya mas Faisal. Dia menawarkan diri untuk mencarikan tempat tinggal yang lebih dekat dengan rumahnya. Harganya juga lebih murah. Moga saja dalam waktu dekat, saya bisa mendapatkan penginapan baru yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction