Selasa, 31 Agustus 2010

RAMADHAN DAN THE END OF THE WORLD


Belakangan saya tertarik mendengarkan sebuah lagu yang dilantunkan oleh Skeeter Davis, seorang penyanyi asal Amerika yang populer pada tahun 1963. Awalnya, lagu yang berjudul "the End of the World' itu diposting oleh kawan melalui Facebook. Setelah saya dengar, lagu itu ternyata begitu menyentuh dan bisa diterapkan pada berbagai situasi kehidupan kita. lagu itu berkisah tentang berakhirnya dunia karena tiada lagi cinta.

Syair lagu itu adalah sebagai berikut.
Why does the sun go on shining (Mengapa matahari terus bersinar)
Why does the sea rush to shore (mengapa air laut terus ke pantai)
Don't they know it's the end of the world (tak kah mereka tahu bahwa ini adalah akhir kehidupan)
'Cause you don't love me any more (karena kau tak lagi mencintaiku)

Why do the birds go on singing (mengapa burung masih tetap bernyanyi)
Why do the stars glow above (mengapa bintang masih berkelap-kelip di atas sana)
Don't they know it's the end of the world (tak kah mereka tahu bahwa ini adalah akhir kehidupan)
It ended when I lost your love (itu terjadi ketika aku kehilangan cintamu)

Why does my heart go on beating (mengapa jantungku terus berdetak)
Why do these eyes of mine cry (mengapa air mataku mengalir)
Don't they know it's the end of the world (tak kah mereka tahu bahwa ini adalah akhir kehidupan)
It ended when you said goodbye (Ini terjadi ketika kau katakan selamat tinggal)

Lagu itu sebenarnya mengisahkan betapa hancurnya hati seseorang yang ditinggal kekasihnya. Ia mempertanyakan sinar mentari dan nyanyian burung yang masih tetap setia sementara hatinya sedang remuk redam. Lagu itu kemudian saya analogikan dengan kisah cinta kita kepada Ramadhan yang tak lama lagi akan pergi.

Kalau kita merasakan cinta sejati, tentunya kita harus siap-siap pula merasakan masa perpisahan yang sering tidak kita inginkan. Ramadhan yang mulia datang menghampiri kita dengan penuh kasih sayang. Limpahan karunia Tuhan yang dibawanya disebarkan ke seluruh penjuru bumi tanpa kecuali. Kita bahagia karena kita mendapat kesempatan untuk menabung amal kebajikan sebanyak-banyaknya.

Tetapi, kasih Ramadhan tidaklah lama. Ia akan segera pergi, ya pergi untuk sebelas bulan ke depan. Itu pun kalau kita masih ditakdirkan untuk menemuinya lagi kelak. Tetapi jika tidak, Ramadhan kali ini merupakan masa terakhir bagi kita untuk merasakan kelembutan sentuhan Ramadhan. Kita akan kehilangan kesempatan emas untuk berkasih mesra dengannya. Ramadhan pergi meninggalkan kita dan kita tentu saja tidak begitu mudah rela melepasnya. Ia sepertinya pergi terlalu cepat seolah-olah ia sudah tidak mencintai kita lagi. Hati kita hancur lebur seakan-akan dunia sudah kiamat.

Air mata akan jatuh bercucuran akibat cinta yang terpenggal. Kesedihan berantai di saat sang kekasih tak punya waktu lama lagi menemani kita. Oleh sebab itu, di saat cinta Ramadhan masih menyelimuti kita, alangkah indahnya jika kemudian kita layani Ramadhan sepenuh hati dengan senantiasa memanfaatkan setiap jengkal waktu kebersamaan itu untuk menggunungkan kebajikan. Dengan begitu, tatkala sang kekasih berpamitan, kita akan legowo mengiringi kepergiannya seraya berujar "Ku kan selalu setia menunggu kedatanganmu kembali, kekasih..." Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction