Senin, 23 Agustus 2010

REFLEKSI HARI JADI



22 Agustus tahun ini, genap sudah 33 tahun usiaku, sebuah usia yang cukup panjang. Ulang tahun biasanya dirayakan dengan acara hiburan yang semarak atau pesta jamuan makan yang nikmat. Tapi itu tak berlaku bagiku, apalagi di tahun 2010 ini, di saat aku berada di perantauan yang jauh dari kerabat dan handai tolan. Ulang tahun sebenarnya kian mengingatkanku atas semakin dekatnya kematian. Kontrak hidupku kian memendek. Aku tidak tahu seberapa banyak amalan kebaikan yang pernah kuperbuat. Namun, aku begitu hapal dan paham betapa menggunungnya dosaku. Dosa yang kutumpuk setiap harinya tidak sebanding dengan amal baik yang kulakukan. Rasanya, aku hanyalah manusia yang memenuhi dunia belaka, tanpa bisa berkontribusi apapun untuk orang lain.

Kadang kuberpikir, keberadaan dan ketiadaanku tidak jauh berbeda. Tuhan sebenarnya menciptakanku dengan tujuan agar aku bisa menjadi hamba yang baik, seorang makhluk yang mau menyerahkan jiwa raganya untuk mengabdi kepada-Nya. Tapi, ternyata aku tidak. Aku lebih sering mengikuti bisikan hawa nafsu yang rendah dan hina. Aku tidak begitu peduli dengan orang-orang di sekitarku. Aku hanya bisa tersenyum kecut saat melihat banyak orang tak berdaya di sekitarku tanpa bisa berbuat apa-apa.

Ulang tahun, sebuah peristiwa yang menunjukkan bahwa aku kian renta. Tentu, aku sudah tidak muda lagi. Aku harus sering instrospeksi diri dan siap jika sewaktu-waktu malaikat Izrail datang menyapa. Aku harus sedini mungkin menyatakan diri atas dosa dan kesalahan yang pernah kuperbuat. Aku harus berpikir bahwa waktuku tak panjang lagi untuk menghirup udara di dunia ini. Aku harus siap masuk ke dalam ruang sempit nan sesak dan bergaul dengan binatang-binatang tanah yang menggerogoti tubuhku. Aku akan hilang ditelan bumi dan tak pernah ada yang mengingatku lagi. Aku hanya sendiri mempertanggungjawabkan kesalahan dan dosa yang dulu pernah kubanggakan. Aku mungkin akan menyesali kebodohanku mengikuti rayuan setan dan ingin kembali ke dunia untuk memperbaiki jalan hidupku. Namun kesempatan itu sudah terputus. Aku bisa jadi hanya menangisi nasibku yang buruk dan menunggu siksa demi siksa yang akan berdatangan. Oh, malang nian diriku.

Untungnya, saat ini aku masih diberi nafas oleh-Nya. Aku tersadar bahwa Dia masih sayang kepadaku. Dia masih sudi memberiku kesempatan untuk mengingat nama-Nya, kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya, kemahaan-Nya hingga aku bisa mengucap istighfar dan mengakui segala keburukan dan kedlalimanku. Oh, alangkah indahnya jika aku benar-benar menjadi seorang muslim, manusia yang merelakan diri sepenuhnya untuk berlaku di jalan-Nya, jalan yang lurus sesuai petunjuk-Nya. Duhai bahagianya jika kelak waktu berakhir, aku masih bisa mengucap syahadat pertanda kecintaanku pada-Nya. Aku tidak lagi takut kepada neraka-Nya. Aku pun tidak berharap mendapat surga-Nya. Yang aku damba hanya Dia, Dia yang Maha Pengasih yang kucintai.

3 komentar:

  1. Ustadz, Selamat ulang tahun semoga senantiasa dalam keberkahan Allah SWT

    BalasHapus
  2. wah,menyentuh sekali tadz,ustadz saja merasa seperti itu apalagi saya yang selalu bergelimang dosa,makasih tadz telah menyadarkanku dari kemaksiatan,semoga ALLAH melindungi kita dari syetan yang terkutuk

    BalasHapus
  3. Mas Yas...terima kasih...semoga kita semua bisa selalu dekat dengan-Nya...selagi masih hidup...

    Mas Har...(atau pak Sembodo...kayaknya sih mas Har deh...hehe) ini benar-benar ungkapan hati...bukan dibuat-buat. Saya memang seperti itu...gad ada baiknya...
    Dari kawan-kawan Eloklah saya banyak belajar untuk mengenal hidup yang lebih shalih...Semoga kita bisa menjadi muslim sekaligus mukmin sejati...amin

    BalasHapus

Introduction