Jumat, 17 September 2010

BERTEMU ANDREA 'LASKAR PELANGI" HIRATA DI IOWA


Kali ini bukan mimpi, bukan juga basa-basi. Saya sebenarnya agak kaget sekaligus bersyukur tatkala berkesempatan bertemu Andrea Hirata, sang penulis fenomenal sepanjang sejarah novel Indonesia. Awalnya saya diberitahu oleh Ari Natarina, kawan Fulbright bahwa Bang Andre sedang di berada di Iowa. Dengan penuh semangat, saya pun bersedia diajak bareng menemui bang Andre di sebuah kafe kopi di downtown, seberang kampus. Sebenarnya saya agak ragu, jangan-jangan ia sedang sibuk meeting dengan kawan-kawannya sesama penulis. Setelah memesan minuman hangat, kami pun mencoba mencari bang Andre di lokasi itu. Ternyata, pengarang Laskar Pelangi itu sudah lama menunggu kedatangan kami di kafe Java House itu. Ia duduk sendirian bersama laptop kesayangannya di sebuah sudut ruangan.

Sebelum bertemu bang Andre, saya sempat berpikir macam-macam tentang karakter orang-orang ternama. Umumnya mereka akan jaga gengsi atau setidaknya akan menjaga jarak dengan orang-orang biasa seperti saya. Kalau perlu, ada pengawal yang akan menyeleksi orang-orang yang layak untuk menemuinya. Tapi sangkaan saya itu buyar ketika saya mendapat sambutan ramah dari pria asli Balitong ini. Ia begitu senang bertemu dengan kami karena selama tiga minggu di Iowa, ia belum pernah bertemu orang Indonesia satu pun. Maklum, di sini, makhluk yang berasal dari negeri berjuta kekayaan alam itu bisa dibilang langka.

Bang Andre bercerita tentang kedatangannya di negeri Paman Sam. Ia mendapat undangan khusus dari pemerintah Amerika untuk berbagi pengalaman dengan para penulis pilihan kelas dunia yang diseleksi secara ketat. Ada sekitar 35 pakar linguistik dan pengarang top internasional yang mendapat kesempatan berharga itu. Kebetulan, pusat Unesco di bidang literatur bermarkas di Iowa sehingga ia pun hadir di Iowa untuk berkarya dan bertukar pikiran dengan orang-orang penting itu selama tiga bulan.

Penampilan bang Andre sangat kontras dengan reputasinya yang begitu membahana di tanah air. Seiring dengan larisnya novel yang ditulis, namanya begitu melambung dan berujung pada kekayaannya yang melimpah. Namun, penampilannya sungguh sangat sederhana. Ia begitu tawadhu' dan religius dalam tutur bahasa. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya yang menunjukkan bahwa ia bukan sembarang orang. Berkali-kali ia mengucap syukur alhamdulillah atas segala karunia yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya sehingga ia bisa menapaki puncak prestasi yang membanggakan.

Mau tahu sedikit kisah di balik kesuksesannya dalam menulis Laskar Pelangi? Sebenarnya, novel itu tidak dibuat untuk dipublikasikan secara umum. Karya itu ditulis hanya demi memenuhi janjinya kepada sang guru SDnya, Bu Muslimah. Ia bertekad untuk memberikan sebuah hadiah kepada guru kesayangannya itu sebelum terlambat. Bang Andre sama sekali belum pernah punya pengalaman menulis cerpen atau novel, apalagi sampai diterbitkan. Ia juga tidak pernah bermimpi bahwa karya pertamanya itu akan mengguncang jagat satra Indonesia yang sekarang getarannya mulai dirasakan di manca negara. Tapi tak disangka, draft tulisan itu diambil kawannya dan ditawarkan kepada penerbit tanpa sepengetahuan dirinya. Ketika draft itu setuju untuk diterbitkan, jadilah novel itu menjadi buah bibir segenap lapisan masyarakat. Hingga kini, novel itu telah terjual tak kurang dari 5 juta kopi dan telah memberikan royalti milyaran rupiah.

Novel yang dirilis sejak tahun 2008 itu hingga kini masih laku keras. Karya sastra itu terjual lebih dari 1000 eksemplar setiap bulannya. Gaung laskar pelangi seakan menggugah banyak orang untuk segera berburu novel laris itu. Apalagi, kisah dalam buku itu telah difilmkan dan mendapat sambutan yang luar biasa dari para pecinta karya anak Indonesia. Pun novel itu sudah tersedia dalam edisi bahasa Inggrisnya. Beragam penghargaan telah dianugerahkan kepada Bang Andre dan Laskar Pelangi sehingga akhirnya datanglah kesempatan emas untuk mengikuti International Writer Workshop di Iowa City.

Saat ini, Bang Andre masih terus membangun mimpi-mimpinya. Di samping tetap berjuang untuk melahirkan karya-karya baru, kini ia sedang mendirikan sebuah kawasan untuk para penikmat dan pekerja seni. Ia membuat satu gedung yang bernama "Rumah Puisi Andera Hirata" di daerah Balitong. Gedung megah itu dipersembahkan bagi siapa saja yang ingin berkarya dan berkontemplasi di desa Laskar Pelangi. Semua perlengkapan telah disediakan dengan cuma-cuma. Ini merupakan salah satu investasi masa depan yang ditanamkan untuk generasi penerus bangsa.

Ada satu catatan yang ingin saya tuliskan di sini bahwa Bang Andre hingga saat ini masih memiliki orang tua lengkap meskipun telah berusia lanjut. Sebagai anak yang berbakti, Bang Andre belakangan ini lebih sering menetap di Balitong untuk menemani kedua orang tuanya itu. Dari sini, saya berani mengambil kesimpulan, ternyata kesuksesan seorang anak tidak lepas dari kepatuhan dan penghormatannya kepada kedua orang tua, termasuk kepada para guru yang telah bersusah payah mengajarinya saat belajar di sekolah. Semoga sekelumit kisah ini dapat memberikan inspirasi kepada kita untuk selalu berkarya secara ikhlas dan tetap menghormati orang-orang yang telah berjasa bagi kehidupan dan kesuksesan kita. Amin.

Terima kasih Bang Andre atas waktunya yang diluangkan untuk kami hari ini!!! Kami berharap bisa mengikuti jejak Abang menjadi orang bermanfaat dan inspiratif bagi sekitarnya. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction