Sabtu, 18 September 2010

JADI 'GUEST SPEAKER' BAHASA INDONESIA

Kemarin pagi, saya diajak oleh Mbak Ari untuk masuk kelasnya. Ia merupakan Fulbrighter yang bertugas untuk mengajar bahasa asing di Iowa. karena ia dari Indonesia, maka ia mendapat tugas mengajar bahasa Indonesia kepada para mahasiswa yang berminat. Nah, salah satu kegiatan di kelas Mbak Ari adalah percakapan. Kali ini, saya diundang ke kelasnya untuk menjadi narasumber wawancara. Ia ingin mencoba kemampuan penangkapan bahasa para mahasiswanya ketika bahasa itu diucapkan oleh orang Indonesia yang lain. Pengalaman ini tentu menyenangkan sekaligus menantang.

Sebagai orang Indonesia, saya tentu berbicara dengan gaya sewajarnya, kadang pelan, kadang cepat, dengan irama yang khas. Tentunya hal ini sama dengan mereka yang berasal dari Iowa kemudian berbicara bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Ketika saya berbicara agak cepat, mereka hanya terbengong-bengong tak mengerti. Belum lagi kalau pakai logat Jawa dan bahasa slang, tentu lebih sulit lagi penerimaannya. Oleh sebab itu, saya harus berbicara pelan dan memilih kosakata yang paling mudah. Saya pun beberapa kali harus mengulang kata-kata saya. Dengan begitu, ternyata mereka cukup mudah menangkapnya. Dari mereka saya tahu bahwa belajar bahasa itu selain punya kemauan yang tinggi juga butuh waktu yang lama. Mbak Ari rupanya sudah cukup berhasil mengajari mereka untuk menguasai bahasa Indonesia dasar dalam waktu satu bulan pertama dengan jadwal pertemuan setiap hari.

Latar belakang mahasiswa itu bermacam-macam. Dari interviu itu saya tahu kemampuan bahasa masing-masing. Ketika ada satu mahasiswa yang bisa bertanya dengan bahasa yang benar meskipun terbata-bata, setelah saya telusuri rupanya ia rupanya pernah tinggal di Jakarta beberapa bulan. Tetapi bagi mahasiswa yang sama sekali belum pernah bersentuhan dengan bahasa Indonesia, saya seringkali tidak bisa paham maksud ucapannya. Kombinasi antara kata benda dan kata kerja sangat kacau. Tapi, itulah, sebagai bagian dari pendidikan, saya berusaha memahami situasi mereka sehingga mereka tidak malu-malu mempraktikkan bahasa lisannya.

Dari sepenggal pengalaman ini, saya menjadi yakin bahwa manusia diciptakan berbeda suku, budaya, dan bahasa agar mereka saling mengenal dan saling memahami. Belajar budaya orang lain akan memudahkan kita untuk mengerti sikap dan perilaku orang tersebut. Begitu pula belajar mengerti bahasa orang asing akan mempermudah kita untuk dialog dan belajar satu sama lain. Oleh sebab itu, semangat belajar yang tinggi akan mengantar seseorang untuk menguasai apa yang ia cita-citakan. Sebagai misal, dengan mempelajari bahasa Indonesia, orang asing akan mudah berkomunikasi dengan kita dan akan memperkaya pengetahuan mereka. Begitu pula, ketika kita belajar bahasa Inggris, kita akan bisa berhubungan dengan bermacam-macam orang dari berbagai negara sekaligus memperbanyak pemahaman dan ilmu kita. Itulah sebabnya, Rasulullah pernah bersabda yang isinya menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sejauh mungkin, hingga ke negeri Cina sekalipun. Batas-batas teritorial menjadi tidak penting ketika kita ingin meraih kemuliaan melalui jalur pendidikan. Dengan ilmu, kita akan bisa menata dunia lebih baik dan menjadi sarana kita untuk lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction