Jumat, 17 September 2010

SANG NENEK PECINTA NABI


Hari ini saya mendapat sebuah cerita baru yang saya baca di buletin 'Masakini" yang diterbitkan Dompet Dhuafa Jakarta edisi bulan Rajab 1431 H. Alkisah, ada seorang nenek yang biasa berkunjung ke masjid. Setiap hari, ia menjual berbagai bunga di pasar. Meskipun sibuk bekerja, ia tidak lupa menunaikan jamaah shalat dhuhur di masjid sebelah pasar itu.

Sejak beberapa hari terakhir, sang nenek itu memiliki kebiasaan baru sehabis jamaah shalat dhuhur. Ia tidak segera kembali ke pasar untuk membuka tokonya. Tetapi, ia lebih memilih untuk berbungkuk-bungkuk memunguti dedaunan yang berserakan di halaman masjid. Kebetulan memang ada beberapa pohon besar nan rindang di halaman depan rumah ibadah itu. Dengan semangat gigih, ia mengambil satu-persatu daun-daun kering itu dan memasukkannya ke keranjang sampah. Begitu halaman menjadi bersih, sang nenek barulah beranjak menuju pasar lagi.

Kebiasaan nenek itu rupanya mendapat perhatian khusus dari pengelola masjid. Karena merasa iba dan kasihan, pengurus takmir bermusyawarah dan sepakat untuk meringankan beban sang nenek itu agar tidak lagi sibuk membersihkan halaman. Sebelum nenek itu datang, pihak takmir yang ditunjuk harus telah membersihkan dedaunan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar nenek itu bisa langsung kembali ke pasar tanpa terusik dengan kotornya halaman masjid.

Namun apa yang terjadi? Ketika nenek itu selesai shalat, ia begitu terkejut ketika tidak ada lagi dedaunan yang bisa ia pungut seperti hari sebelumnya. Lalu ia pun kembali ke masjid dan menangis sejadi-jadinya. Melihat hal itu, pengurus masjid terheran-heran. Salah satu takmir mencoba mendekati sang nenek dan bertanya apa yang terjadi. Nenek itu pun menceritakan bahwa ia ingin membersihkan halaman masjid seperti biasanya, namun kali ini ia kecewa karena tidak lagi menemukan satu lembar daun pun di sana. Sang pengurus menjelaskan bahwa ada petugas khusus yang sudah diperintahkan untuk membersihkan halaman masjid agar nenek itu tidak lagi kelelahan. Mendengar keterangan itu, sang nenek menatap dengan tajam sambil berkata bahwa jika pengurus masjid kasihan kepadanya, tolong jangan dibersihkan lagi halaman itu agar ia berkesempatan membersihkannya. Melihat semangat sang nenek, pihak takmir pun mengalah dan tidak lagi membersihkan halaman itu.

Suat hari, salah satu tokoh agama di daerah itu mendatangi sang nenek dan menanyakan alasan mengapa ia selalu memunguti daun. Sayangnya, nenek itu tetap bersikukuh tidak mau menjelasan alasannya. Setelah beberapa kali didesak, akhirnya sang nenek itu pun berkenan memaparkan alasannya sambil memberikan beberapa syarat. Setelah syarat itu disetujui, barulah ia menjelaskan rahasia di balik kebiasaannya itu. Nenek itu berpendapat bahwa ia tidak yakin akan bisa masuk surga karena dalam pandangannya ia tidak bisa berbuat kebaikan yang banyak untuk tabungan akhiratnya. Agar ia memiliki kesempatan masuk surga, ia berharap akan mendapat syafaat dari Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, dalam rangka mencari jalan syafaat tersebut, ia membiasakan membaca shalawat setiap ia memungut daun di halaman masjid itu. Harapannya adalah daun-daun itu akan menjadi saksi bacaan shalawat yang ia lantunkan sehingga kelak ia bisa masuk surga melalui pertolongan nabi Muhammad saw. Subhanallah...luar biasa kan? Hampir saya tidak pernah menyangka bahwa jawabannya semacam itu.

Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari keteguhan hati sang nenek ini? Ternyata, berbuat amal shaleh begitu banyak ragamnya. Kita diberi kesempatan oleh Allah SWT melakukan apa saja untuk akhirat kita, dari muda hingga kelak kita meninggal dunia. Ketika kita tidak bisa berbuat baik dengan harta benda, kita masih bisa berbuat baik dengan membiasakan perbuatan shaleh termasuk bershalawat kepada nabi. Bukankah Allah SWT dan para malaikat selalu membacakan shalat kepada nabi dan Allah memerintahkan kita hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mengucap shalawat kepadanya? Sungguh banyak manfaat dari kebiasaan kita membaca shalawat, antara lain akan menumbuhkan kecintaan kita kepada baginda rasul, karunia keselamatan dunia akhirat, dan insya Allah kita akan mendapat syafaat sang nabi saw kelak di hari kiamat. Akhirnya, mari senantiasa bershalawat kepada nabi Muhammad saw di setiap kesempatan kita dan kita tunggu keajaibannya. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction