Senin, 21 Februari 2011

BELAJAR MANDIRI DARI PENULIS “INSPIRING MUSLEM ENTERPRENEURSHIP”



Saya sebenarnya asing dengan istilah enterpreneur. Maklum, latar belakang pendidikan saya adalah hukum islam sehingga tidak terlalu bersentuhan langsung dengan dunia wirausaha. Kalaulah ada, saya hanya mempelajari tentang dalil-dalil syariat yang terkait dengan etika berbisnis. Hari ini, saya mendapat berkah tatkala saya dipertemukan oleh rektor UIN dengan penulis sekaligus pemilik hak cipta pelatihan “Inspiring Muslim Enterpreneur”, Dr. Bambang Triono. Ia adalah konsultan ahli pemberdayaan masyarakat berbasis swadaya dan keunggulan lokal. Ia adalah “arsitek” pengembangan desa agrowisata dan agroisndustri di Kelaten dan Sidogiri. Tangan dinginnya telah mengubah wajah perkampungan yang gersang menjadi hijau ranau dengan aneka usaha yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat desa.

Pertemuan pertama terjadi di ruang lobi rektorat pagi ini. Saya begitu gembira bisa bersua dengan orang berpengaruh itu. Sambil basa-basi sejenak, saya mengajaknya ke ruang kantor kami di gedung sebelah masjid. Di sana, saya berdiskusi hangat tentang berbagai program aplikatif untuk memberdayakan masyarakat dengan dana bergulir. Terbentang di konsep kami, bahwa kami akan memulai proyek besar yang berpotensi untuk mengembalikan kekuatan rakyat yang masih berada di pedesaan.  Beberapa program sudah kami rencanakan untuk diimplementasikan di Sumber Pucung, Malang.  Namun, ke depan, kami akan membuat satu kawasan training center yang diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin berwiraswasta dengan berbagai budidaya tanaman dan ternak. Sungguh luar biasa jika kemudian masyarakat kita yang tinggal di pelosok desa mampu berdaya dengan kekayaan alam yang mereka miliki.

Kembali ke sosok Pak Bambang. Saya awalnya ragu bahwa seorang ekonom yang sukses dengan teori dan praktiknya akan selalu mengukur setiap kalimat dan ilmu yang keluar dengan materi. Artinya, ia akan menjaga rahasia kedalaman ilmunya kecuali bila ada imbalan yang pantas diterima. Namun, sontak anggapan saya itu hilang ketika saya mendengar mengakuannya bahwa ia berdiskusi berbagi pengalaman dan pengetahuan bukan semata-mata karena uang. Ia malah siap memberikan pelatihan enterpreneur gratis kepada seluruh dosen UIN. Wah, saya pun menyambut tawaran tersebut. Bagaimana seorang ilmuwan begitu ikhlas berbagai ilmu tanpa mengharap imbalan apapun?

Ternyata ada rahasianya. Ia bersikap seperti itu karena ia berprinsip bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk orang lain. Ia yakin, tatkala ia membantu orang lain baik dalam hal harta maupun non harta, Allah SWT tidak akan melupakan amal baiknya. Ia pun percaya bahwa bila ia berbuat baik, maka Allah SWT akan berbuat baik padanya. Hukum karma kebaikan senantiasa terpatri kuat dalam hatinya. Oleh sebab itu, dengan memperkukuh silaturahim dan berbagi ilmu, pak Bambang merasa bahagia dan bangga akan hidupnya. Jiwanya merasa puas bila orang yang dibantunya mampu tersenyum lega. Wow, kapan kita bisa seperti ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction