Rabu, 25 April 2012

MENBUAT HIDUP BERMUTU

Kawan,
Setiap hari kita selalu memanjatkan doa sapu jagat yang sangat populer, setidaknya 5 kali dalam sehari sehabis shalat wajib. Dalam doa itu, ada kata-kata indah yang kita mohonkan, yakni "hasanah" di dunia dan "hasanah" di akhirat. Dalam pemaknaan sederhana, hasanah sering diartikan sebagai kebaikan, keberuntungan, kebahagiaan atau  keselamatan. Lebih dari itu, hasanah bisa dimaknai sebagai hidup berkualitas atau hidup bermutu.

Hidup bermutu mengharuskan kita menjadi manusia unggul yang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Tentu, hal ini tidak mudah. Kita harus mampu memenuhi sejumlah indikator hidup unggul sehingga kita bisa menikmati manfaat keunggulan itu. Dalam bahasa manajemen, unggul atau mutu disebut sebagai quality. Setiap saat ini menuntut adanya quality dalam hidup kita. Pakaian, makanan, rumah, pendidikan, kendaraan, hingga perabot sederhana kita meminta adanya quality di sana. Pertanyaannya, bagaimana kita mengukur sesuatu telah ber-quality?

Seorang pakar mutu atau quality, Lesley Monroe menyebut tiga indikator sesuatu layak dikatakan bermutu. Pertama, quality of design atau mutu perencanaan. Segala sesuatu baru dikatakan bermutu kalau sesuatu itu dirancang terlebih dahulu dengan matang. Dalam istilah manajemen, planning menjadi kegiatan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan sesuatu. Saya jadi teringat dengan hadis nabi bahwa sebagai sesuatu itu ditentukan oleh niatnya. Kalau niatnya baik, alias kalau designnya baik, maka ke depan dapat diharapkan ada kebaikan yang akan diperoleh. design yang bagus harus bernilai maslahat dan memberikan sentuhan inovatif dari  produk lama. Dengan demikian, perenungan mendalam untuk design berkualitas mutlak dilakukan untuk mutu terbaik.

Kedua, quality of conformance. Dalam hal produk barang, quality of conformance dapat diartikan sebagai kesesuaian antara design yang telah dibuat dengan produk yang dihasilkan. Kesesuaian ini menjadi terukur karena sudah ada patokan sebelumnya. Ketika produk itu sesuai dengan patokannya, maka produk itu bisa dikatakan bermutu. Jika banyak kesalahan atau kekurangan meskipun kelihatannya bagus, maka barang itu tidak bisa dikatakan bermutu. Ini sepertinya sesuai dengan harapan Nabi agar kita selalu jujur dalam berkata dan bekerja. Kita jangan hanya pandai bicara tetapi tidak bisa beramal. Atau sebaliknya, pekerjaan kita bagus tetapi kalau diminta untuk menuangkan dalam konsep bentuknya kacau balau. jadi, kesesuaian ini menjadi penting untuk mengukur mutu tidaknya sesuatu.

Ketiga, quality of performance. Maksudnya adalah mutu yang berlangsung terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Suatu barang dikatakan berkualitas manakala setiap saat barang itu dibutuhkan dan ditemukan di pasaran, bentuk dan kualifikasinya sama dan memberikan manfaat yang panjang. Mutu ditemukan secara konsisten dalam produk itu. Dengan demikian, pengguna tidak akan kecewa ketika suatu saat ia percaya akan kualitas suatu barang namun menjadi kecewa berat karena barang yang ditemui belakangan  tidak sesuai harapan. Dengan demikian, bermutu meniscayakan kita untuk istiqamah. Kita harus terus bekerja keras dengan memberikan pengabdian terbaik sehingga kita dapat meraih "hasanah" baik di dunia maupun di akhirat.

Alhasil, untuk bermutu, kita harus mempunyai niat baik yang ikhlas, selalu jujur dalam segala aktifitas, dan istiqamah mengemban tugas yang menjadi tanggung jawab kita. Layaklah kemudian, kita menjadi manusia berkualitas yang sesungguhnya. Semoga. Wa Allah A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction