Sabtu, 21 Juli 2012

SEPENGGAL KISAH WISUDA TERAKHIRKU...


Pada hari Senin dan Selasa lalu, saya sangat bahagia karena mendapatkan anugerah yang luar biasa dari Allah SWT. Mungkin, bagi sebagian orang, anugerah itu biasa saja, tetapi bagi saya, pemberian Tuhan tersebut jauh melebihi dari angan-angan saya. Tak terbayang sebelumnya kalau ternyata dua penghargaan bergengsi dari Rektor IAIN Walisongo itu diberikan kepada saya dalam waktu yang sama. Saya tahu bahwa saya hanyalah manusia biasa yang tak punya kelebihan apa-apa. Jadi, rasanya saya tak pantas mendapat penghargaan itu.

Mulanya, saya mendapat telepon dari salah satu staf Pascasarjana. Saat itu, sang penelepon meminta saya agar hadir dalam acara wisuda yang digelar pada 16-17 Juli 2012. Tanggal 16 Juli, pascasarjana akan menggelar acara syukuran wisudawan di kampus 2 sedangkan tanggal 17 Juli, wisuda bersama seluruh  wisudawan IAIN yang akan dilaksanakan di Aula kampus 3. Bagi saya, ketika saya lulus ujian terbuka dan berhak menyandang gelar doktor, itu sudah anugerah luar biasa. Lalu, saya bisa ikut wisuda bersama keluarga kecil, itu juga sudah sangat luar biasa. Jadi, telepon dari pasca yang menginformasikan bahwa saya adalah kandidat terkuat menjadi wisudawan doktor terbaik tidak saya hiraukan. Toh, masih kandidat dan masih ada beberapa calon doktor yang sedang menanti ujian terbukanya.

Tanggal 15 Juli, saya  merencanakan  pergi ke Semarang. Berhubung saya harus mengisi Sarasehan Manajemen Masjid se-Malang Raya yang dilaksanakan ICMI di kota Batu pada hari itu juga, saya akhirnya tidak bisa banyak membuat persiapan untuk berangkat. Istri saya yang sebenarnya kurang enak badan terpaksa harus bantu kemas-kemas barang bawaan. Setelah sarasehan berakhir pukul 15.00, saya langsung meluncur pulang karena saya harus berangkat ke terminal pukul 17.00. Jika tidak, saya dan keluarga akan ketinggalan bis Handoyo yang akan mengantar ke Semarang. Saya sempat tergesa-gesa karena waktu yang sedemikian pendek dan sejumlah kegiatan yang beruntun. Pendek kata, saya akhirnya harus carter angkot agar bisa sampai terminal bis tepat waktu.

Sepanjang perjalanan ke semarang, badan saya agak penat. Maklum tenaga sudah terkuras saat ceramah di Sarasehan dan tempat duduk bis yang kurang nyaman. Saya dapat kursi paling belakang sehingga hentakan bis sangat terasa. Praktis saya dan anak-anak kurang tidur. Tapi, sudahlah, hal erpenting saya bisa sampai Semarang esok harinya.

Senin, 16 Juli, saya mendapat SMS dari Admin pasca kalau saya harus mengurus administrasi wisuda yang sempat tertunda. Saya juga ditanya tentang posisi saya saat itu. Saya sampaikan kalau saya sudah di Semarang meski agak terlambat karena ada truk berguling di jalan raya antara Kalibanteng-Jrakah. Sesampai di tempat penginapan, saya bergegas menuju kantor pascasarjana. Di sana saya langsung menemui bendahara pasca untuk melunasi biaya wisuda. Saat itulah saya diberi tahu bahwa ada pengumuman final bahwa saya akan dinobatkan sebagai wisudawan doktor terbaik. Hah? benarkah? Rasanya saya tak percaya mengingat banyak mahasiswa yang jauh lebih pintar dan potensial dibanding saya. Saya tetap tidak peduli hingga saya mengikuti gladi resik yang dilakukan pada siang hari. Lebih mantap lagi, saat wisuda pascasarjana di sore hari saya mendapat kehormatan untuk memberikan pidato kesan-pesan alumni S3 di atas panggung dan diberi hadiah spesial. Barulah saya percaya kalau penghargaan penting itu diperuntukkan bagi saya.

Kejutan lainnya terus berlanjut. Saat saya dipastikan akan mendapat penghargaan sebagai wisudawan berprestasi, saya menelepon ibu. Saya jelaskan bahwa atas doa restu ibu, saya berhasil mendapatkan anugerah itu. Tak banyak bicara, ibu saya yang awalnya tak berkeinginan untuk menghadiri wisuda saya langsung berubah pikiran. Ibu rupanya turut bangga mendengar anaknya meraih prestasi tinggi. Ia berjanji akan berkemas-kemas dan langsung berangkat ke Semarang. Lho, kok jadi berubah? Saya jadi agak bingung. Tapi, saya tidak bisa menghalangi ibu untuk datang. Saya senang sekaligus khawatir.

Alhamdulillah, ibu telah sampai pada pukul 20.00 di terminal Terboyo dengan selamat. Saya harus menjemput ibu dan mendampinginya hingga sampai penginapan. Ibu rupanya ingin menyaksikan saya menerima penghargaan besok dalam acara wisuda institut.

Detik-detik penantian pun berlalu. Sampailah pada acara wisuda, 17 Juli. Seluruh wisudawan sudah hadir di ruangan sedangkan para orang tua berada di tenda-tenda yang berada di sayap kanan-kiri aula. Hal ini karena jumlah wisudawan lebih dari seribu orang sehingga aula hanya mampu menampung wisudawan. Untungnya, ibu saya mendapat keistimewaan untuk masuk aula dan duduk di barisan depan bersama para orang tua mahasiswa yang menjadi wisudawan terbaik di fakultas masing-masing yang jumlahnya hanya 8 orang. Ibu terlihat bangga sebagai salah satu dari orang tua yang berhak menjadi tamu istimewa di momen penting itu.

Tibalah saatnya Pembantu Rektor III membacakan nama-nama wisudawan berprestasi. Dari 1012 wisudawan, terpilih 8 orang wisudawan terbaik yang berhak mendapatkan hadiah dari rektor dan sponsor. Alhamdulillah, saya termasuk dalam deretan wisudawan yang dipanggil ke depan dan diwisuda terlebih dahulu oleh rektor. Selain itu, saya juga disebut sebagai wisudawan doktor termuda. Tak habis-habis saya mengucap alhamdulillah sepanjang waktu. Ternyata perjuangan panjang yang melelahkan dan penuh pengorbanan itu telah berbuah manis.
 
Akhirnya, ucapan terima kasih saya sampikan kepada segenap anggota keluarga, saudara, dan  seluruh kawan yang telah menghantarkan saya meraih prestasi ini.  Untuk itu, dengan tulus, saya dedikasikan penghargaan ini kepada semua  pihak yang telah turut serta mendukung saya selama ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction