Minggu, 20 September 2015

REFLEKSI: MERAIH MIMPI DENGAN BERANI BERKURBAN

Setiap orang boleh bermimpi, mimpi apa saja! Banyak karya besar yang dimulai dari mimpi. Angan-angan untuk menaklukkan dunia bisa dirajut step by step dalam sebuah mimpi. Pendek kata, bermimpilah setinggi langit, toh mimpi itu gratis dan tidak menggangu orang lain.

Namun ternyata, tidak sedikit manusia yang takut bermimpi. Jikamimpi terlalu muluk, takut jika mimpi tak tercapai akan jatuh terlalu dalam dan depresi. Tentu hal ini tidak sepenuhnya benar. Memang, jika seseorang hanya mengandalkan mimpi belaka tanpa melakukan aksi tentu akan kecewa dan hanya isapan jempol. Jika seseorang ingin mewujudkan mimpinya, setidaknya ia akan membuat road map yang mantap. Jalan panjang nan berliku itu harus siap ia tempuh demi kepuasan jiwa yang ia idamkan. Sekali lagi, sebuah pengorbanan harus siap ia lalukan demi cita-cita  suci itu!

Sebuah ilustrasi, jika seseorang ingin membuat artikel yang bagus, maka ia harus membaca bahan bacaan yang cukup, memahaminya, merangkumnya, memberikan komentar dan melakukan analisis sehingga tulisannya mantap dan berbobot. Untuk mendapatkan karya tersebut, ia harus berani berkorban merelakan waktu tidur dan istirahatnya demi impiannya itu. Jika ia hanya melakukan rutinitas, membaca ala kadarnya, bekerja secukupnya, menulis seluangnya, dan masih mempertahankan diri untuk tetap bisa istirahat cukup dan bermain bersama kawan dan keluarganya, maka ia sulit mencapai apa yang ia inginkan. Bagaimana mungkin seseorang bisa memberikan ulasan pikirannya secara jernih dan tajam jika bahan mentah di pikirannya sangat terbatas? Bagaimana mungkin seseorang akan mencapai gelar membanggakan dan prestasi cemerlang jika bekerja dan belajarnya biasa-biasa saja? Maka jawaban tegasnya: pengorbanan! Berkorban adalah memberikan usaha yang maksimal melebihi standar orang biasa dengan langkah terstruktur demi mencapai kesuksesan.

Sayangnya, jarang manusia mau berkorban. Umumnya, manusia ingin hidup nyaman dan sukses namun dengan usaha ringan. Hal ini mirip prinsip ekonomi, yakni mengeluarkan usaha minimal untuk mencapai hasil maksimal. Syukurlah kalau kita bisa melakukan prinsip itu dalam kehidupan global kita. Namun, saya tetap yakin, bahwa hanya dengan pengorbanan maksimallah seseorang akan bisa meraih hasil karya maksimal. Jika masih manja, masih menanti durian runtuh, maka  jangan pernah berharap cita-cita yang diimpikan akan segera terwujud. Memang bisa jadi tercapai, namun dengan waktu yang tidak jelas dan hasil yang tak terukur pula.

Jadi, mari bermimpi....dan mari berkorban....ini juga bisa menjadi refeksi ibadah qurban kita tahun ini, 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction