Senin, 21 September 2015

TUKANG BECAK MENINGGAL SAAT MENGAYUH

Kejadian ini jelas tak akan terlupakan. Sabtu (22/8/2015), saya dihadapkan pada situasi yang memilukan. Seorang tukang becak lewat di depan sebuah bengkel motor, lalu becak itu berhenti. Tak lama kemudian sang pengemudinya tersungkur ke depan dan tak sadarkan diri. 
Lengkapnya, seperti ini. Pagi itu, saya berniat mau ke kampus untuk menjenguk mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan ospek. Saya berangkat lebih awal dan berencana mampir ke sebuah bengkel untuk ganti oli dan cek mesin. Untuk membunuh waktu, saya gunakan kesempatan untuk baca berita di hp. Saat asyik menikmati berita, tiba-tiba ada seorang ibu penjual makanan di sebuah warung pinggir jalan berteriak minta tolong sambil menunjuk seseorang yang berada di becak. Tak lama kemudian ada beberapa orang bergegas mendekati becak itu. Sang pengayuh becak diam tak bergerak dan posisi kepala tersungkur ke depan di kursi yang kebetulan tidak ada penumpangnya. Tak banyak yang berani menyentuh. Mungkin takut disangka pelaku kejahatan. Ada pula yang berinisiatif menghubungi polisi. Namun, hingga beberapa saat, orang-orang hanya diam berkerumun dan bermain dengan opini masing-masing.
Saya pun ikut bergegas mendekati tukang becak itu. Saya usulkan kepada warga untuk segera membawanya ke sebuah klinik terdekat untuk diperiksa kesehatannya. Maka, sejumlah orang sepakat untuk menurunkan lelaki itu dan membawanya ke klinik. Dengan susah payah kami membopong bersama dan akhirnya sampailah  pada klinik yang dituju. Orang tersebut segera dibaringkan dan diperiksa dokter. Mengejutkan, ternyata orang tersebut dinyatakan sudah meninggal! Uh...menegangkan sekali...
Lalu, karena tidak ada seorang pun yang mengenalnya dan kondisi di tukang becak itu sendirian, upaya untuk menelusuri identitasnya agak sulit. Langkah pertama tentunya mencari identitas yang dibawa. Saya pun memberanikan diri untuk merogoh sejumlah sakunya. Saku bajunya kosong. Saku celana depannya juga kosong. Untung pada saku celana belakangnya ditemukan dompet lusuh yang berisi sejumlah uang namun tidak ada kartu identitas. Orang-orang sempat gusar karena bingung mau diantar kemana jenazah itu. Tak berapa lama kemudian, pihak rumah sakit menemukan fotokopi KTP yang terlipat kecil berada di lipatan dompet. Ketika dicermati secara seksama, fotokopi KTP itu nampaknya milik bapak pengayuh becak tersebut.  Dengan berbekal identitas yang agak buram itulah kami mencari alamat si tukang becak tersebut. 
Dengan dibantu sukarelawan yang peduli dengan nasib bapak tersebut, anggota keluarga bapak itu ditemukan. Alhamdulillah, meskipun agak lama, akhirnya, jenazah tersebut bisa dibawa pulang untuk dimakamkan.
Apa pelajaran dari peristiwa ini? Pertama, ini adalah peringatan jelas bagi kita bahwa kematian bisa datang kapan saja. Mungkin bapak itu terkena serangan jantung saat mengayuh dan langsung meninggal di tempat. Betapa mudahnya kematian datang di perjalanan meskipun tanpa adanya kecelakaan atau luka besar. Berarti, kita pun bisa kapan saja kehilangan nyawa jika Allah SWT menentukannya. Oleh sebab itu, marilah selalu berbuat yang terbaik tanpa harus menunggu waktu.
Kedua, nasehat dari peristiwa ini adalah perlunya kita membawa kartu identitas meskipun hanya fotokopinya. Di saat jumlah manusia kian banyak dan tak semua orang mengenal kita, identitas diri nampaknya perlu disematkan di antara barang yang kita bawa dengan alasan bahwa kita tidak selalu bisa memberitahu identitas kita secara verbal kepada orang yang ada di sekitar kita. Dengan identitas itu, para penolong akan mudah melakukan langkah selanjutnya setelah menolong kita. Semoga kita diberikan keselamatan dan kesehatan prima sehingga kita dapat menghadap Allah dalam situasi khusnul khotimah. Amin!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction